Semua Tentang Dosa
Dosa adalah tindakan yang melanggar norma atau aturan yang telah ditetapkan Allah.
Hanya sekedar mengingatkan, bukan untuk menggurui.
10 Macam Dosa Besar Menurut Al-qur'an
Tentang hal ini Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
"Sesungguhnya
Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa
yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya". (An
Nisaa: 48).
Dan Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
"Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga". (Al Maidah: 72)
2. Berputus asa dari mendapatkan rahmat Allah Subhanahu wa ta'ala
Tentang hal ini Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
"Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".(Yusuf: 87).
3. Merasa aman dari ancaman Allah Subhanahu wa ta'ala
Tentang hal ini Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
"Tiadalah yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi." (Al A'raaf: 99)
4. Berbuat durhaka kepada kedua orang tua
Karena Allah Subhanahu wa ta'ala mensifati orang yang berbuat durhaka kepada kedua orang tuanya sebagai orang yang jabbaar syaqiy 'orang yang sombong lagi celaka'.
Tentang hal ini Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
"Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka". (Maryam: 32).
5. Membunuh
Tentang hal ini Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
"Dan barangsiapa yang membunuh seorang mu'min dengan sengaja, maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya". (An Nisaa: 93).
6. Menuduh wanita baik-baik berbuat zina
Tentang hal ini Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
"Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman (berbuat zina), mereka kena la'nat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka azab yang besar". (An Nuur: 23)
7. Memakan riba
Tentang hal ini Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
"Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila". (Al Baqarah: 275)
8. Lari dari medan pertempuran
Maksudnya, saat kaum Muslimin diserang oleh musuh mereka, dan kaum Muslimin maju mempertahankan diri dari serangan musuh itu, kemudian ada seseorang individu Muslim yang melarikan diri dari pertempuran itu.
Tentang hal ini Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
"Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka Jahannam. Dan amat buruklah tempat kembalinya". (Al Anfaal: 16)
9. Memakan harta anak yatim.
Tentang hal ini Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
"Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)". (An Nisaa: 10)
10. Berbuat zina.
Tentang hal ini Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
"Barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu". (Al Furqaan: 68-69)
10 Sebab Terhapusnya Dosa
Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu mengatakan: “Dosa-dosa itu akan
mengurangi keimanan. Jika seorang hamba bertaubat, Allah Subhanah wa
ta’ala akan mencintainya. Derajatnya akan diangkat disebabkan taubatnya.
Sebagian
salaf mengatakan: ‘Dahulu setelah Nabi Dawud ‘alaihissalam bertaubat,
keadaannya lebih baik dibandingkan sebelum terjatuh dalam kesalahan.
Barangsiapa yang ditakdirkan untuk bertaubat maka dirinya seperti yang
dikatakan Sa’id ibnu Jubair radhiyallahu ‘anhu, “Sesungguhnya
seorang hamba yang melakukan amalan kebaikan, bisa jadi dengan sebab
amalan kebaikannya itu akan memasukkannya ke dalam neraka. Bisa jadi
pula seorang hamba melakukan amalan kejelekan akan tetapi membawa
dirinya masuk ke dalam surga. Hal itu karena ia membanggakan amalan
kebaikannya. Sebaliknya, hamba yang terjatuh ke dalam kejelekan membawa
dirinya untuk meminta ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, kemudian
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengampuni kesalahan-kesalahannya.”
Sesungguhnya kesalahan/dosa seorang mukmin akan dihapuskan dengan sepuluh sebab, sebagai berikut:
1.
Bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala kemudian Allah Subhanahu wa
Ta’ala mengampuninya. Karena seseorang yang bertaubat dari sebuah dosa
seperti orang yang tidak memiliki dosa.
2. Meminta ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala mengampuninya.
3. Mengerjakan amalan-amalan kebaikan, karena amalan-amalan kebaikan akan menghapuskan amalan-amalan kejelekan.
4.
Mendapatkan doa dari saudara-saudaranya yang beriman. Mereka memberikan
syafaat kepadanya ketika masih hidup dan sesudah meninggal.
5.
Mendapatkan hadiah pahala dari amalan-amalan saudara-saudaranya yang
beriman agar Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan manfaat kepadanya dari
hadiah tersebut.
6. Mendapatkan syafaat dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
7. Mendapatkan musibah-musibah di dunia ini yang akan menghapuskan dosa-dosanya.
8. Mendapatkan ujian-ujian di alam barzakh yang akan menghapus dosa-dosanya.
9. Mendapatkan ujian-ujian di padang Mahsyar pada hari kiamat yang akan menghapuskan dosa-dosanya.
10. Mendapatkan rahmat dari Arhamur Rahimin, Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Barangsiapa
yang tidak memiliki salah satu sebab dari sebab-sebab yang bisa
menghapuskan dosa-dosa ini, janganlah ia mencela kecuali kepada dirinya
sendiri. Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Wahai
hamba-hamba-Ku, sesungguhnya ini adalah amalan-amalanmu. Aku
menghitungnya untukmu kemudian Aku membalasinya untukmu. Maka
barangsiapa yang mendapatkan kebaikan hendaklah ia memuji Allah, dan
barangsiapa yang mendapatkan selain daripada itu maka janganlah ia
mencela kecuali kepada dirinya sendiri.”
(Diambil dari Risalah Tuhfatul ‘Iraqiyah fi A’malil Qalbiyyah hal. 32-33, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu) sumber
Penulis : Al-Ustadz Abu Muhammad Abdul Jabbar
Penulis : Al-Ustadz Abu Muhammad Abdul Jabbar
5 Sebab Dosa Kecil Menjadi Besar
“Sesungguhnya,” kata Ibnu Qayyim Al Jauziyah, “Al-Qur’an, As-Sunnah, ijma’ sahabat dan tabiin telah menunjukkan bahwa dosa itu ada dua. Ada dosa besar, ada dosa kecil.”
Dosa kecil sebenarnya bisa diampuni Allah dengan mudah melalui istighfar dan ibadah mahdhah seperti shalat lima waktu dan puasa Ramadhan. Dosa kecil juga tidak mendapatkan ancaman khusus dan laknat Allah seperti halnya dosa besar. Namun, dosa kecil ternyata bisa berubah menjadi besar, jika terpenuhi salah satu dari 5 hal berikut ini
5 sebab dosa kecil bisa berubah menjadi besar itu adalah :
1. Meremehkan dosa dan menganggapnya biasa saja Ada orang-orang yang ketika melakukan dosa kecil ia menganggapnya sebagai hal yang biasa, terhapus dengan sendirinya atau tidak mempedulikannya. “Ah, ini mah dosa kecil.” “Biasa, yang beginian tak menyebabkan masuk neraka.” Dan komentar-komentar sejenisnya.
Rasulullah SAW bersabda, “Takutlah kalian dari tindakan meremehkan dosa.” (HR. Ahmad, dishahihkan Al Albani).
“Dosa kecil bisa menjadi besar,” fatwa Imam Auza’I, “jika seorang hamba menganggapnya kecil dan meremehkannya.”
2. Dikerjakan berulang-ulang (terus-menerus) Sesuatu yang kecil, jika terus ditumpuk dan dikumpulkan, maka ia akan membesar. Sebuah peribahasa mengatakan, sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Demikian pula dengan dosa kecil. Jika ia terus diulang, ia pun menjadi besar.
“Bukanlah dosa kecil jika dikerjakan terus menerus,” kata Ibnu Abbas, “dan bukanlah dosa besar jika diiringi taubat.”
Umumnya, pengulangan atau pembiasaan dosa itu berawal dari sikap meremehkan dosa. Lanjutan hadits pada poin 1 di atas menegaskan membesarnya dosa yang terus menerus dikerjakan. “Sesungguhnya perumpamaan orang yang meremehkan dosa bagaikan sekelompok orang yang singgah di sebuah lembah. Ia datang membawa kayu dn terus menerus membawa kayu hingga (kayu itu menumpuk) mereka dapat memasak makanan mereka.” (HR. Ahmad, dishahihkan Al Albani).
3. Menyukai perbuatan dosa tersebut Yaitu orang yang ketika dan setelah melakukan dosa timbul kepuasan dan kesenangan dalam jiwanya.
“Termasuk dosa besar adalah,” kata Imam Ghazali dalam Ihya’, “merasa senang, gembira dan bangga dengan dosa.”
4. Memamerkan dan mendemonstrasikan dosa tersebut Dewasa ini, jumlah orang yang melakukan hal keempat ini cenderung makin banyak. Bahkan bukan hanya dosa kecil, untuk dosa besar pun sebagian orang melakukannya secara terbuka sekaligus memamerkan dan mendemonstrasikannya. Misalnya dengan media video yang diupload di Youtube dan sebagainya. Selain menunjukkan peremehan terhadap dosa, poin keempat ini juga memicu orang lain melakukan dosa yang sama akibat contoh yang ia lakukan dan dengan demikian dosanya menjadi berlipat-lipat.
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa menyeru/mendakwahkan kesesatan, maka ia mendapatkan dosa seperti dosa orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun.”
5. Jika yang mengerjakannya adalah tokoh atau panutan “Orang yang berbuat dosa, sedangkan ia adalah seorang alim yang menjadi panutan,” tulis Ibnu Qudamah dalam Mukhtashar Minhajul Qashidin, “jika ia paham dan tahu akan dosanya tetapi malah menerjang dosa tersebut, maka dosa kecilnya itu berubah menjadi dosa besar.”
Selain faktor peluang diikuti oleh umat/pengikutnya, dosa kecil yang dilakukan oleh seorang tokoh/ulama juga berpotensi membawa opini dan citra negatif terhadap Islam.
Demikian 5 sebab dosa kecil menjadi besar, semoga Allah menjauhkan kita dari kelimanya. Sumber
Amalan Penghapus Dosa
Disadari
atau tidak, yang jelas dan pasti bahwa, beban terbesar dan terberat
dalam diri dan hidup setiap kita, adalah kemaksiatan-kemaksiatan dan dosa-dosanya yang menggunung. Allah Ta’ala berfirman yang ditujukan
secara khusus kepada Baginda Sayyidina Rasulillah shallallahu ‘alaihi
wasallam (yang artinya): “Dan (bukankah) telah Kami lepaskan darimu
(beban) dosamu, yang memberatkan (membebani) punggungmu” (QS.
Al-Insyiraah: 2-3).
Nah, jika “dosa” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, yang kita
yakini sebagai manusia tanpa dosa saja (mungkin hanya sekadar dan
sebatas rasa bersalah dan berdosa) , tetap bisa membebani dan
memberatkan punggung beliau, lalu bagaimana dengan beban dosa-dosa kita
yang pastinya riil dan tak terbilang? Tentu saja sangat luar biasa besar
dan beratnya sampai tak terbayangkan, hanya saja kebanyakan kita tidak
cukup menyadarinya!
Oleh karena itu, salah satu kebutuhan asasi kita sebagai orang
beriman, sebenarnya adalah bagaimana bisa terbebaskan dan terlepaskan
dari beban-beban terbesar dan terberat itu. Dimana hal itu tiada lain
hanyalah dengan terhapuskannya kemaksiatan-kemaksiatan dan dosa-dosa
kita. Sedangkan sarana utama penghapus itu adalah amal saleh. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya):
“…dan ikutilah perbuatan buruk itu dengan amal kebaikan yang akan menghapuskannya…” (HR. At-Tirmidzi)
Maka pada prinsipnya, setiap amal saleh sebenarnya berpotensi untuk
menjadi faktor dan sarana penghapus serta penebus dosa! Namun ternyata,
disaat yang sama, terdapat beberapa bentuk dan jenis amal tertentu yang
lebih istimewa sebagai wasilah utama pelebur dosa. Dan berikut ini
sebagiannya:
1. Taubat dengan taubatan nashuha dan banyak-banyak beristighfar. Ini
merupakan amal yang menjadi sarana paling utama bagi penghapusan dosa.
Oleh karena itu perintah, seruan dan anjuran untuk bertobat dan
beristighfar ini, tersebar di banyak ayat Al-Qur’an dan hadits Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya):
“Dan bertobatlah kalian semuanya kepada Allah, wahai orang-orang yang
beriman, agar kalian beruntung dan berjaya” (QS. An-Nuur: 31).
Di dalam
ayat lain: “Wahai orang-orang yang beriman, bertobatlah kalian kepada
Allah dengan cara taubatan nashuha (tobat yang benar-benar murni dan
tulus)…” (QS. At-Tahriim: 8).
Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda (yang artinya):
“Sungguh aku beristighfar dan bertobat kepada Allah dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali” (HR. Al-Bukhari).
Dalam riwayat lain:
“Wahai umat manusia, bertobatlah kepada Allah. Sungguh aku bertobat kepada Allah dalam sehari seratus kali” (HR. Muslim).
Sementara itu Allah menjamin dan menjanjikan untuk menerima
tobat setiap orang yang bertobat dengan sebenar-benarnya. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya):
“Barangsiapa yang bertobat sebelum terbitnya matahari dari barat, maka Allah akan menerima tobatnya” (HR. Muslim).
2. Wudhu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang
artinya):
“Barangsiapa berwudhu dengan cara yang sempurna, maka dosa-dosanya akan keluar dari tubuhnya, sampai (ada yang) keluar dari kuku-kukunya” (HR. Muslim).
Dan dalam riwayat lain:
“Apabila seorang hamba muslim atau mukmin berwudhu lalu membasuh wajahnya, maka langsung gugurlah dari wajahnya setiap dosa akibat pandangan matanya, bersama air atau bersama tetes terakhir dari air (bekas basuhan wajah). Dan ketika ia membasuh kedua tangannya, maka langsung gugurlah dari kedua tangannya setiap dosa yang telah diperbuat kedua tangan itu, bersama air atau bersama tetesan terakhir air (bekas basuhan tangan), sampai ia bersih dari dosa-dosa. Dan saat ia membasuh kedua kakinya, maka akan gugurlah setiap dosa akibat langkah kedua kakinya, bersama air atau bersama tetes terakhir dari air (bekas basuhan kaki)” (HR. Muslim dari Abu Hurairah).
3. Shalat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang
artinya):
“Bagaimana menurut kalian, sendainya ada sebuah sungai (dengan airnya yang sangat jernih) di depan pintu rumah seseorang dari kalian. Dimana ia selalu mandi di sungai itu 5 kali setiap harinya, apakah mungkin masih akan tersisa kotoran di tubuhnya meskipun hanya sedikit? Mereka (para sahabat) pun menjawab: Tentu saja tidak akan tersisa sedikitpun kotoran di tubuhnya! Beliaupun lalu bersabda: “Nah, begitulah perumpamaan shalat lima waktu. Dengannya Allah akan menghapus dosa-dosa” (HR. Bukhari).
4. Langkah kaki menuju masjid untuk shalat berjamaah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang
artinya):
Shalat berjamaah lebih utama daripada shalatnya sendirian dirumah atau dipasarnya sebanyak dua puluh lima derajat. Jika salah seorang dari kalian berwudlu dan membaguskan wudlunya kemudian mendatangi masjid dengan tidak ada tujuan lain kecuali shalat, maka tidak ada langkah yang dilakukannya kecuali Allah akan mengangkatnya dengan langkah itu setinggi satu derajat, dan menghapus darinya satu kesalahan hingga dia memasuki masjid. Dan jika dia telah memasuki masjid, maka dia akan dihitung dalam keadaan shalat selagi dia meniatkannya, dan para malaikat akan mendoakannyan selama dia masih berada di tempat yang ia gunakan untuk shalat, 'Ya Allah ampunkanlah dia, Ya Allah rahmatilah dia.' Selama dia belum berhadats. (HR. Bukhari)
5. Semangat menunggu dari satu shalat ke shalat yang lain. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya):
“Maukan kalian aku beritahu tentang amal yang dengannya Allah akan menghapus dosa-dosa dan meninggikan derajat? Mereka (para sahabat) menjawab spontan: Tentu saja mau ya Rasulallah. Beliau kemudian melanjutkan sabdanya: “Yaitu menyempurnakan wudhu meskipun dalam kondisi berat, banyaknya langkah menuju masjid, dan semangat menunggu dari satu shalat ke shalat berikutnya. Itulah ribath (berjaga-jaga di pos jihad) yang sebenarnya! Itulah ribath yang sebenarnya” (HR. Muttafaq ‘alaih).
6. Puasa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang
artinya):
“Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar keimanan dan pengharapan akan pahala, maka akan diampunkan dosa-dosanya yang telah lalu” (HR. Muslim). Sebagaimana hadits-hadits lain juga menegaskan bahwa, puasa sunnah hari Arafah dan puasa ‘Asyura’ memiliki fadhilah istimewa sebagai penghapus dosa-dosa yang telah lalu dan yang akan datang.
7. Qiyam Ramadhan (Shalat sunnah tarawih). Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya):
“Barangsiapa melakukan shalat qiyam Ramadhan (tarawih) atas dasar keimanan dan pengharapan akan pahala, maka akan dihapuskan dosa-dosanya yang telah lalu” (HR. Muttafaq ‘alaih).
8. Qiyam Lailatul qadr (qiyamullail pada malam lailatul qadr).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya):
“Barangsiapa melakukan qiyamullail (tarawih) pada malam lailatul qadar, atas dasar keimanan dan pengharapan akan pahala, maka akan dihapuskan dosa-dosanya yang telah lalu” (QS. Muslim).
9. Umrah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang
artinya):
“Umrah satu ke umrah yang lainnya menjadi penebus dosa-dosa antara keduanya. Adapun haji yang mabrur, maka tiada balasan (yang pantas) atasnya kecuali Surga” (HR. Muslim).
10. Haji. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang
artinya):
“Barangsiapa berhaji ke Baitullah ini, lalu tidak melanggar larangan (haji) dan tidak berbuat dosa maksiat, maka ia akan kembali bersih dari dosa, seperti saat baru dilahirkan oleh ibunya” (HR. Muttafaq ‘alaih).
11. Sedekah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang
artinya):
“Sedekah itu akan memadamkan (menghapuskan) dosa, sebagaimana air memadamkan api” (HR. At. Tirmidzi).
12. Dzikrullah (dzikir kepada Allah) Ta’ala. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya):
“Maukah kalian Aku beritahu tentang amal yang paling baik untuk kalian, yang paling suci bagi Raja (Tuhan) kalian, yang paling utama untuk meninggikan derajat kalian, dan yang lebih baik bagi kalian daripada berinfak emas dan perak, bahkan yang lebih baik bagi kalian daripada bertemu musuh (dalam perang jihad) sampai kalian berhasil membunuh mereka atau mereka yang justru membunuh kalian? Mereka (para sahabat) menjawab: Tentu saja kami mau tahu ya Rasulallah! Dan Beliaupun lalu bersabda: “(Amal itu adalah) dzikrullah (berdzikir kepada Allah) Ta’ala” (HR. At. Tirmidzi). Dan sebagai contoh efektifnya dzikir sebagai pelebur dosa, misalnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda (yang artinya): “Barangsiapa berucap dzikir “Subhanallahi, wa bihamdihi” (Maha Suci Allah, Dan Maha Terpujilah Dia”, dalam sehari seratus kali, maka akan dihapuskan dosa-dosanya, meskipun sebanyak buih lautan” (HR. Muttafaq ‘alaih).
13. Bersabar terhadap musibah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda (yang artinya):
“Tiada satu musibahpun yang menimpa seorang muslim, baik berupa kepenatan, kepedihan, kegundahan, kesedihan, gangguan, maupun kesusahan, termasuk duri yang mengenainya, melainkan dengan semuanya itu Allah akan menghapuskan dosa-dosanya” (HR. Al-Bukhari).
14. Berucap syahadat dan dzikir seusai mendengar kumandang adzan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya):
“Barangsiapa yang ketika (seusai) mendengar muadzin, mengucapkan: “Asyhadu allaa ilaaha illallahu wahdahu laa syariika lah, wa anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuluh. Radhiitu billahi rabbaa, wa bi-Muhammadin rasuulaa, wa bil-Islami diinaa” (Aku bersaksi bahwa, tiada tuhan yang berhak diibadahi kecuali Allah, satu-satu-Nya, tiada sekutu bagi-Nya. Dan bahwa, Muhammad adalah hamba Allah dan rasul-Nya. Aku ridha Allah sebagai tuhan, Muhammad sebagai rasul, dan Islam sebagai agama). (Barangsiapa yang membaca dzikir tersebut), maka akan diampunkan dosa-dosanya” (HR. Muslim).
15. Shalat dua rakaat setelah terpeleset dalam sebuah dosa (shalat
tobat). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya):
“Tidak ada seorang hambapun yang melakukan suatu dosa, lalu bersuci (berwudhu) dengan sempurna, dan shalat dua rakaat, kemudian beristighfar memohon ampun kepada Allah, melainkan akan diampunkan” (HR. Abu Dawud).
16. Dakwah di jalan Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda (yang artinya):
“Barangsiapa mengajak kepada suatu petunjuk (kebaikan), maka ia akan mendapakan pahala atas ajakannya itu, dan juga pahala lain yang sama seperti pahala orang-orang yang mengikuti petujuk kebaikan tersebut, tanpa mengurangi sedikitpun dari paahala mereka” (HR. Muslim).
17. Menjenguk orang sakit. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda (yang artinya):
“Tiada seorang muslimpun yang menjenguk sesama muslim yang sedang sakit pada pagi hari, melainkan ada 70.000 malaikat yang mendoakannya sampai petang. Dan jika menjenguknya pada sore hari, maka akan ada pula 70.000 malaikat yang memohonkan rahmat untuknya sampai esok pagi. Dan ia akan mendapatkan sebuah taman di Surga (karenanya)” (HR. At-Tirmidzi, dan dishahihkan oleh Al-Albani).
18. Bakti kepada kedua orang tua. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda (yang artinya):
“Sungguh rugi! Sungguh rugi! Sungguh rugi!”. Ditanyakan kepada beliau: Siapakah dia ya Rasulallah? Beliau menjawab: “Seseorang yang masih mendapati ibu bapaknya dimasa tua, baik kedua-duanya ataupun salah satunya, lalu ia tidak masuk Surga (karenanya)” (HR. Muslim).
19. Menanggung dan menyantuni anak yatim. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya):
“Aku dan penanggung/penyantun anak yatim, nanti di Surga seperti ini. Beliau menunjuk dengan dua jari mulia beliau, jari telunjuk dan jari tengah” (HR. Al-Bukhari).
20. Shalat jenazah dan menyertainya sampai pemakaman. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya):
“Barangsiapa yang menghadiri penyelenggaraan jenazah sampai dishalatkan, maka ia akan memperoleh pahala satu qirath. Dan barangsiapa yang menghadirinya sampai dimakamkan, maka ia akan mendapat pahala dua qirath. Ditanyakan: Apa maksud dua qirath itu? Beliau menjawab: “Seukuran dua gunung besar” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Oleh : Ustadz Ahmad Mudzoffar Jufri, MA Sumber
0 komentar:
Posting Komentar
Pembaca yang baik adalah yang memberikan komentar walaupun hanya sedikit saja, semoga Allah menjadikan engkau orang-orang yang beruntung. Amiin :)