Taubat
Kehidupan yang suci dalam Islam dapat digapai oleh siapapun. Kesucian hidup bukan merupakan hak istimewa yang dimiliki seseorang. Jalan itu terbuka untuk siapapun, tidak hanya milik para ulama bahkan orang jahat sekalipun dapat menapak cara hidup suci. Asalkan ia bersedia untuk bertaubat dengan sesungguhnya taubat.
Pepatah Arab menegaskan bahwa "Manusia adalah tempat salah dan lupa", bukan berarti manusia dibiarkan untuk selalu berbuat salah dan dosa namun kesalahan dan dosa harus ditebus dengan taubat, penyesalan dan penghentian.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : "Setiap anak Adam adalah sering berbuat salah. Dan, sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah orang-orang yang bertaubat." (HR Tirmidzi)
Taubat yang sungguhnya taubat di mata Allah adalah pembersihan diri yang
sangat dicintai. Dalam Islam, pertaubatan bukan melalui orang lain, tetapi dari diri sendiri secara langsung kepada
Allah. Ditambah lagi, Islam tidak mengenal penebusan dosa dengan sejumlah
uang. Islam memandang, pertaubatan adalah
persoalan yang sangat personal antara seorang hamba dengan Tuhannya.
Dan, Tuhan dalam Islam adalah Tuhan yang bisa didekati sedekat mungkin,
bukan Tuhan yang berada di atas langit yang tak terjangkau
Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam : "Sesungguhnya Allah lebih suka menerima tobat hamba-Nya melebihi dari kesenangan seseorang yang menemukan kembali ontanya yang hilang di tengah hutan." (HR Bukhori dan Muslim)
Islam tidak menganggap taubat sebagai langkah terlambat kapanpun
kesadaran itu muncul. Hisab (perhitungan) akan amal-amal jelek kita di
mata Allah akan terhapus dengan taubat kita. Lembaran baru hidup terbuka
lebar disertai langkah baru yang sudah terbentang.
Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam : "Siapa yang bertaubat sebelum matahari terbit dari barat, maka Allah akan menerima taubat dan memaafkannya." (HR Muslim)
nusia
yang terbaik bukanlah manusia yang tidak pernah melakukan dosa sama
sekali, akan tetapi manusia yang terbaik adalah manusia yang ketika dia
berbuat kesalahan dia langsung bertaubat kepada Alloh dengan
sebenar-benar taubat. Bukan sekedar tobat sesaat yang diiringi niat hati
untuk mengulang dosa kembali. Lalu bagaimanakah agar taubat seorang
hamba itu diterima?
manusia
yang terbaik bukanlah manusia yang tidak pernah melakukan dosa sama
sekali, akan tetapi manusia yang terbaik adalah manusia yang ketika dia
berbuat kesalahan dia langsung bertaubat kepada Alloh dengan
sebenar-benar taubat. Bukan sekedar tobat sesaat yang diiringi niat hati
untuk mengulang dosa kembali. Lalu bagaimanakah agar taubat seorang
hamba itu diterima?
Dari artikel Syarat Agar Taubat Diterima — Muslim.Or.Id by null
Bertaubat, dijadikan amalan dzikir oleh Rasulullah setiap hari. Beliau beristighfar kendati sedikitpun beliau tidak berbuat dosa. Karena lewat istighfar, Nabi memohon ampun dan
mengungkapkan kerendahan hati yang sangat dalam di hadapan Allah yang Maha
Agung.
Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam : "Hai sekalian manusia, bertaubatlah kamu kepada Allah dan mintalah ampun kepada-Nya, maka sesungguhnya saya bertaubat dan beristighfar tiap hari 100 kali." (HR Muslim)
Firman Allah : "Katakanlah ! Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadapdirinya sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni segala dosa-dosa. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS : Az-Zumar : 53)
Keutamaan dan Kedudukan Taubat
Banyak sekali ayat-ayat Al Qur'an yang menjelaskan keutamaan dan kedudukan taubat, diantaranya sebagai berikut :
1. Sebagai sarana memperoleh kecintaan Allah 'Azza wa Jalla.
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
"...Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri." (QS. Al-Baqarah : 222)
Karena di dalam taubat terdapat taqarrub kepada Allah dengan melaksanakan ketaatan dan menjauhi maksiat.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, Allah Ta'ala berfirman : "Tidakkah hamba-Ku mendekatkan kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih aku cintai daripada melaksanakan perkara yang fardlu (wajib) dan tidaklah hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-Kud dengan amalan nafilah (sunnah) sehingga aku mencintainya." (HR Al-Bukhari)
2.
Penyebab keberuntungan di dunia dan akhirat
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
"...Dan bertaubatlah kamu sekalian
kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung."
(QS. An-Nuur : 31)
Dari Abu Sa'id Al-Khudri radliyallu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Dahulu kala, pada umat sebelum kalian, ada seseorang yang membunuh 99 jiwa, kemudian ia ingin bertaubat. Maka ia mencari orang yang paling alim, dan ditunjukkan padanya seorang pendeta. Ia bertanya padanya: bahwa ia telah membunuh 99 jiwa, apakah masih ada taubat untuknya? Jawab pendeta: "tidak ada." Maka iapun membunuhnya, sehingga genap seratus orang yang sudah dibunuhnya.
Kemudian ia mencari lagi orang yang paling alim di muka bumi, dan ditunjukkan padanya seorang yang berilmu, lalu ia mengatakan sudah membunuh seratus jiwa, apakah masih ada taubat untuknya? Orang alim tadi menjawab: "ya ada, tiada yang berhak menghalangimu bertaubat, pergilah ke negeri itu, di sana banyak orang yang taat beribadah kepada Allah, lalu beribadahlah seperti ibadah mereka, dan jangan kembali ke negerimu ini, karena ia tempat orang jahat."
Maka pergilah orang itu. Ketika di tengah perjalanan, ajal menjemputnya. Maka Malaikat rahmat bertengkar dengan Malaikat adzab. Malaikat rahmat berkata: "ia telah berjalan untuk bertaubat kepada Allah dengan sepenuh hatinya." Berkata Malaikat adzab: "ia belum pernah berbuat kebaikan sama sekali." Lalu datanglah Malaikat dalam rupa manusia yang dijadikan sebagai hakim di antara mereka. Ia berkata: "ukur saja jarak dua dusun yang ditinggalkan dan yang dituju, maka mana yang lebih dekat masukkanlah ia ke dalam golongan penduduk itu." Kemudian mereka mengukurnya dan mendapati jaraknya lebih dekat kepada negeri yang baik yang ditujunya, maka diambillah ruhnya oleh Malaikat rahmah." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Laki-laki
ini belum beramal sedikitpun, namun ketika ia bertaubat, ia mendapati
keberuntungan dan kebahagiaan.
3.
Sebagai cara agar tidak menjadi orang dzalim
وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
"...Dan barangsiapa yang tidak bertobat,
Maka mereka Itulah orang-orang yang dzalim." (QS. Al-Hujurat:
11)
4.
Menghapuskan amalan-amalan buruk dan sebab masuk surga
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آَمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
"Hai orang-orang yang beriman,
bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang
semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan
memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari
ketika Allah tidak menghinakan nabi dan orang-orang mukmin yang bersamanya...."
(QS. At-Tahrim: 8)
"Dan (juga) orang-orang yang apabila
mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan
Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat
mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan
kejinya itu, sedang mereka Mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari
Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka
kekal di dalamnya; dan Itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal."
(QS. Ali Imran: 135-136)
Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam :
اَلتَّائِبُ مِنَ الذَّنْبِ كَمَنْ لاَ ذَنْبَ لَهُ
"Orang yang bertaubat dari dosa seperti orang yang tidak berdosa." (HR. Ibnu Majah dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani)
اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعْ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
"Bertakwalah kepada Allah di mana saja kamu berada dan ikutilah keburukan dengan kebaikan niscaya (kebaikan) itu akan menghapusnya serta perlakukan manusia dengan perlakuan yang baik." (HR. At-Tirmidzi, hadits hasan shahih)
إِذَا عَمِلْتَ سَيِّئَةً فَأَتْبِعْهَا حَسَنَةً تَمْحُهَا
"Apabila engkau telah berbuat keburukan maka ikutilah dengan kebaikan, niscaya kebaikan itu akan menghapusnya." (HR. Ahmad, shahih lighairihi)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Allah tertawa dengan dua orang yang salah satunya membunuh yang lainnya, lalu keduanya masuk surga."Para sahabat bertanya: "Bagaimana bisa seperti itu, ya Rasulullah?"Beliau menjawab: "Yang satu berperang di jalan Allah lalu ia gugur sebagai syahid (dibunuh oleh yang satunya). Kemudian orang yang membunuh itu masuk Islam dan bertaubat, lalu Allah menerima taubatnya. Setelah itu ia berperang di jalan Allah 'Azza Wa Jalla hingga gugur sebagai syahid." (HR. Muslim no. 1890)
5.
Merubah keburukan menjadi kebaikan
إِلَّا مَنْ تَابَ وَآَمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
"Kecuali orang-orang yang bertaubat,
beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka itu kejahatan mereka diganti Allah
dengan kebajikan. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
(QS. Al-Furqan: 70)
Dari Abu Farwah rahimahullah, dia mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata: "(Ya Rasulullah!) bagaimana menurutmu, jika ada seseorang yang mengerjakan semua perbuatan dosa dan tidak meninggalkan satu perbuatan dosa pun serta tiada keinginan untuk berbuat dosa kecuali ia lakukan. Apakah ada taubat baginya untuk semua itu?"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya: "Apakah kamu sudah masuk Islam?"Ia menjawab, "Adapun saya bersaksi tiada sesembahan yang hak kecuali Allah dan bersaksi bahwa engkau adalah utusan Allah."Beliau berkata: "Berbuat baiklah dan tinggalkan perbuatan buruk, maka Allah akan menjadikan semua perbuatan buruk itu sebagai kebaikan bagimu."Ia berkata: "penghianatan dan kejahatanku?" Beliau menjawab: "ya."
Ia terus menerus bertakbir hingga tidak terlihat lagi." (HR. Thabrani)
6.
Menjadi sebab baiknya dan bersihnya hati
Dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sungguh jika seorang hamba melakukan kesalahan (dosa) maka di dalam hatinya aka ada satu noktah hitam. Jika ia meninggalkannya, beristighfar dan bertaubat maka hatinya akan kembali bersih. Namun, jika ia mengulangi lagi perbuatan dosa tersebut maka noktah hitam itu akan bertambah banyak sehingga menutupi hatinya. Itulah ran yang disebutkan oleh Allah: "Sekali-kali tidak (demikian), Sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka." (QS. Al-Muthaffifin: 14) (HR. At-Tirmidzi)
7.
Sebab memperoleh doa dan istighfar Para Malaikat
الَّذِينَ يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُونَ بِهِ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ آَمَنُوا رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَحْمَةً وَعِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِينَ تَابُوا وَاتَّبَعُوا سَبِيلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ
"(Malaikat-malaikat) yang memikul
'Arsy dan Malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan
mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman
(seraya mengucapkan): "Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi
segala sesuatu, Maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan
mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang
menyala-nyala." (Ghafir: 7)
Sumber
Syarat Agar Taubat Diterima
Manusia
yang terbaik bukanlah manusia yang tidak pernah melakukan dosa sama sekali. Manusia yang terbaik adalah manusia yang ketika dia berbuat
kesalahan dia langsung bertaubat kepada Allah dengan sebenar-benarnya taubat.
Bukan sekedar tobat sesaat yang diiringi niat hati untuk mengulang dosa
kembali. Lalu bagaimanakah agar taubat seorang hamba itu diterima?
Agar taubat
seseorang itu diterima, maka dia harus memenuhi tiga hal yaitu :
- Menyesal
- Berhenti dari dosa
- Bertekad untuk tidak mengulanginya
Taubat
tidaklah ada tanpa didahului oleh penyesalan terhadap dosa yang dikerjakan.
Barang siapa yang tidak menyesal maka menunjukkan bahwa ia senang dengan
perbuatan tersebut dan menjadi indikasi bahwa ia akan terus menerus
melakukannya. Akankah kita percaya bahwa seseorang itu bertaubat sementara dia
dengan ridho masih terus melakukan perbuatan dosa tersebut? Hendaklah ia
membangun tekad yang kuat di atas keikhlasan, kesungguhan niat serta tidak
main-main. Bahkan ada sebagian ulama yang menambahkan syarat yang keempat,
yaitu tidak mengulangi perbuatan dosa tersebut. sehingga kapan saja seseorang
mengulangi perbuatan dosanya, jelaslah bahwa taubatnya tidak benar. Akan tetapi
sebagian besar para ulama tidak mensyaratkan hal ini.
- Tunaikan Hak Anak Adam yang
Terzholimi
Jika dosa tersebut berkaitan dengan
hak anak Adam, maka ada satu hal lagi yang harus ia lakukan, yakni dia harus
meminta maaf kepada saudaranya yang bersangkutan, seperti minta diikhlaskan,
mengembalikan atau mengganti suatu barang yang telah dia rusakkan atau curi dan
sebagainya.
Namun apabila dosa tersebut berkaitan dengan ghibah
(menggunjing), qodzaf (menuduh telah berzina) atau yang semisalnya, yang
apabila saudara kita tadi belum mengetahuinya (bahwa dia telah dighibah
atau dituduh), maka cukuplah bagi orang telah melakukannya tersebut untuk
bertaubat kepada Allah, mengungkapkan kebaikan-kebaikan saudaranya tadi serta
senantiasa mendoakan kebaikan dan memintakan ampun untuk mereka. Sebab
dikhawatirkan apabila orang tersebut diharuskan untuk berterus terang kepada
saudaranya yang telah ia ghibah atau tuduh justru dapat menimbulkan
peselisihan dan perpecahan diantara keduanya.
n a
Jalan Menuju Taubat
- Mengetahui hakikat taubat. Hakikat taubat adalah: Menyesal, meninggalkan kemaksiatan tersebut dan berazam untuk tidak mengulanginya lagi. Sahal bin Abdillah berkata: “Tanda-tanda orang yang bertaubat adalah: Dosanya telah menyibukkan dia dari makan dan minum-nya. Seperti kisah tiga sahabat yang tertinggal perang”.
- Merasakan akibat dosa yang dilakukan. Ulama salaf berkata: “Sungguh ketika saya maksiat pada Allah, saya bisa melihat akibat dari maksiat saya itu pada kuda dan istri saya.”
- Menghindar dari lingkungan yang jelek. Seperti dalam kisah seorang yang membunuh 100 orang. Gurunya berkata: “Pergilah ke negeri sana … sesungguhnya disana ada orang-orang yang menyembah Allah dengan baik, maka sembahlah Allah disana bersama mereka dan janganlah kamu kembali ke negerimu, karena negerimu adalah negeri yang jelek.”
- Membaca Al-Qur’an dan mentadabburinya.
- Berdo’a. Allah berfirman mengkisahkan Nabi Ibrahim: “Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” Al Maraghi berkata: “Yang dimaksud ”terimalah taubat kami” adalah: Bantulah kami untuk bertaubat agar kami bisa bertaubat dan kembali kepada-Mu.”
- Mengetahui keagungan Allah yang Maha Pencipta. Para ulama salaf berkata: “Janganlah engkau melihat akan kecilnya maksiat, tapi lihatlah keagungan yang engkau durhakai.”
- Mengingat mati dan kejadiannya yang tiba-tiba.
- Mempelajari ayat-ayat dan hadis-hadis yang menakuti orang-orang yang berdosa.
- Membaca sejarah orang-orang yang bertaubat.
Nikmat Dibukanya Pintu Taubat
Apabila Allah menghendaki kebaikan
bagi hamba-Nya, maka Allah membukakan pintu taubat baginya. Sehingga ia
benar-benar menyesali kesalahannya, merasa hina dan rendah serta sangat
membutuhkan ampunan Allah. Dan keburukan yang pernah ia lakukan itu merupakan
sebab dari rahmat Allah baginya. Sampai-sampai setan akan berkata, “Duhai,
seandainya aku dahulu membiarkannya. Andai dulu aku tidak menjerumuskannya
kedalam dosa sampai ia bertaubat dan mendapatkan rahmat Allah.”
Diriwayatkan bahwa seorang salaf berkata, “Sesungguhnya seorang hamba bisa jadi berbuat suatu dosa, tetapi dosa tersebut menyebabkannya masuk surga.” Orang-orang bertanya, “Bagaimana hal itu bisa terjadi?” Dia menjawab, “Dia berbuat suatu dosa, lalu dosa itu senantiasa terpampang di hadapannya. Dia khawatir, takut, menangis, menyesal dan merasa malu kepada Robbnya, menundukkan kepala di hadapan-Nya dengan hati yang khusyu’. Maka dosa tersebut menjadi sebab kebahagiaan dan keberuntungan orang itu, sehingga dosa tersebut lebih bermanfaat baginya daripada ketaatan yang banyak.”
Diriwayatkan bahwa seorang salaf berkata, “Sesungguhnya seorang hamba bisa jadi berbuat suatu dosa, tetapi dosa tersebut menyebabkannya masuk surga.” Orang-orang bertanya, “Bagaimana hal itu bisa terjadi?” Dia menjawab, “Dia berbuat suatu dosa, lalu dosa itu senantiasa terpampang di hadapannya. Dia khawatir, takut, menangis, menyesal dan merasa malu kepada Robbnya, menundukkan kepala di hadapan-Nya dengan hati yang khusyu’. Maka dosa tersebut menjadi sebab kebahagiaan dan keberuntungan orang itu, sehingga dosa tersebut lebih bermanfaat baginya daripada ketaatan yang banyak.”
Sumber
Dalil tentang disyariatkannya shalat taubat
Dan hadits ini juga didukung oleh keumuman firman Allah Ta’ala, “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri mereka sendiri mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah. Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (QS. Ali Imran : 135)
Shalat Taubat
Dalil tentang disyariatkannya shalat taubat
“Tidaklah seseorang melakukan perbuatan dosa lalu di bangun dan bersuci, kemudian mengerjakan shalat, dan setelah itu memohon ampunan kepada Allah melainkan Allah akan memberikan ampunan kepadanya.” (HR. At-Tirmizi, Abu Dawud dan Ibnu Majah, serta dishahihkan oleh Asy-Syaikh Albani dalam Shahih Sunan At-Tirmizi I/128)
Hadits di atas dijadikan dalil oleh para ulama akan adanya shalat sunnah
taubat, sebagaimana yang disebutkan oleh Asy-Syaikh Muhammad bin Umar Bazmul
dalam kitabnya Bughyatul Muthathawwi’ fii
Shalat at-Tatawwu’.
Dan hadits ini juga didukung oleh keumuman firman Allah Ta’ala, “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri mereka sendiri mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah. Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (QS. Ali Imran : 135)
Tata
Cara Shalat Taubat
- Berwudhu dengan sempurna (sesuai sunnah).
- Shalat dua rakaat, sebagaimana shalat yang lainnya, sama persis yang berbeda adalah niatnya.
- Tidak ada bacaan khusus ketika shalat. Bacaannya sama dengan shalat yang lain.
- Berusaha khusyuk dalam shalatnya, karena teringat dengan dosa yang baru saja dia lakukan.
- Beristigfar dan memohon ampun kepada Allah setelah shalat.
- Tidak ada bacaan istigfar khusus untuk shalat taubat. Bacaan istigfarnya sama dengan bacaan istigfar lainnya.
- Inti dari shalat taubat adalah memohon ampun kepada Allah, dengan menyesali perbuatan dosa yang telah dia lakukan dan bertekad untuk tidak mengulanginya.
Sumberakukan dosa sama
sekali, akan tetapi manusia yang terbaik adalah manusia yang ketika dia
berbuat kesalahan dia langsung bertaubat kepada Alloh dengan
sebenar-benar taubat. Bukan sekedar tobat sesaat yang diiringi niat hati
untuk mengulang dosa kembali. Lalu bagaimanakah agar taubat seorang
hamba itu diterima?
apabila nyawa masih dikandung badan apakah syirik diterima taaubatnya
BalasHapusmohon maaf, karena saya bukan penerima taubat saya tidk tahu seperti apa pastinya Allahu a'lam...akan tetapi kita sebagai manusia harus selalu berusaha dan berikhtiar, memohon ampun pada Allah ta'ala, semoga kita diterima taubatnya..
Hapusijin share ya
BalasHapus